Thursday, February 14, 2008

Kelebihan Ilmu

Ini suatu fasal pada menyatakan ringkasan Bab menuntut ilmu, adapun menuntut ilmu ini adalah Fardlu ‘Ain bagi tiap-tiap orang yang mukalaf laki-laki maupun perempuan.

Kelebihan Ilmu:

Inilah dalil betapa kemuliaan, kelebihan, kejelasan dan ketinggian derajat orang-orang yang berilmu.

FirmanNya: “Allah menyaksikan bahwa Sesungguhnya tiada Tuhan selain Dia. Dan Malaikat-malaikat dan orang-orang berilmu (menyaksikan) yang tegak dengan keadilan”, QS: Ali Imran 18.

Dan lagi: “Ditinggikan Allah derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang dianugerahi ilmu”, QS: Al Mujaadalah 11.

Dan lagi: “Apakah sama orang yang berilmu dengan orang yang tak mengetahui? Sesungguhnya hanya orang-orang yang beraqalah yang dapat memahaminya”, QS: Az Zumar 9.

Sabda Rasulullah SAW: “Kelebihan orang berilmu dari orang ahli ibadah (orang yang banyak ibadahnya) seperti kelebihanku dari orang yang paling rendah dari sahabatku”, HR: At-Tirmidzi dari Abi Amamah (Katanya: Hadits Hasan Shahih)


Keutamaan Menuntut Ilmu:

FirmanNya: “Mestinya tidak pergi (Berperang) satu rombongan dari tiap2 golongan itu untuk memperdalam (ilmu) perkara agama”, QS: At Taubah 122.

Dan lagi: “Bertanyalah kepada ahli zikr (berilmu), jika engkau tidak mengetahui”, QS: An Nahl 43.

Sabda Rasulullah SAW: “Barang siapa menjalani suatu jalan untuk menuntut ilmu (Suluk & Thariqah), maka dianugerahi Allah kepadanya jalan ke Jannah”, HR: Muslim dari Abu Hurairah.

Dan lagi: “Sesungguhnya engkau berjalan pergi menuntut suatu bab ilmu adalah lebih baik daripada engkau melakukan shalat seratus raka’at”, HR: Ibnu Abdul-Birri dari Abu Dzar.

Dan lagi: “Suatu bab dari ilmu yang dituntut seseorang adalah lebih baik baginya dari dunia dan seisinya”, HR: Ibnu Hibban dan Ibnu Abdul-Birri dari Al-Hasan Al-Bashari.

Menuntut Ilmu Yang Fardlu ‘Ain:

Bermula ilmu yang fardlu ‘ain menuntutnya ialah ilmu yang membawanya pada keselamatan dunia dan akhirat. Adapun yang membawanya pada keselamatan itu adalah yang sebagaimana ada pada Rukun Islam, maka amalan itulah yang wajib dipelajari dan difahami dengan sebenar faham (Kaffah) meliputi zahir dan bathin.

Sabda Nabi SAW: “Orang yang paling beruntung mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan -Laa ilaha ilallah-, dengan sebenar ikhlas dari hati sanubari dan seluruh jiwanya (dikarenakan faham/berilmu)”, HR: Bukhari dari Abu Hurairah.

Dan lagi: “Hak Allah atas hambaNya ialah supaya mereka menyembah Allah dan tiada mempersekutukanNya dengan sesuatu yang lain, Hak hamba atas Allah ‘Azza wa Jalla ialah tidak menyiksa orang yang tidak mempersekutukanNya dengan sesuatu yang lain”, HR: Muslim dari Mu’adz bin Jabal.

Dan lagi: “Amal yang paling utama adalah Iman Kepada Allah, setelah itu Jihad fiii sabilillah dan setelah itu Haji yang mabrur”, HR: Muslim dari Abu Hurairah.

Maka ilmu yang utama adalah yang membahas pemahaman kepada mengEsakan Allah baik pada Dzat, Sifat ataupun Af’alNya hingga ia yakin dan tiada syak waham atau dzon.

Adapun Ilmu yang membahas pemahaman kepada mengEsakan Allah baik pada Dzat, Sifat ataupun Af’alNya itu adalah Tauhid namanya, disebut juga dengan ilmu Kalam, Ilmu Sifat, Ilmu ‘Akaidul Iman dan Ilmu Usuluddin.

Cabang Ilmu Tauhid yang membahas kelakuan zahir (Syari’at) dari orang yang paling suci hatinya dari syirik (Rasulullah SAW) dinamakan Ilmu Fiqih.

Furuq-furuq dari Ilmu Fiqih lengkap dengan istilah-istilah yang baharu ada sepeninggal Rasulullah SAW dengan Ijtihad ahli ilmu dari Ijma’ dan Qiyas para Sahabat Nabi SAW, para Tabi’iin, Tabi’i-Ittabi’iin, hingga para Ulama Al Mutta-akhirin dikarenakan perkembangan Islam yang meluas bukan hanya kepada orang arab sahaja, tetapi menyebar keseluruh muka bumi ini, misalnya Ilmu Nahwu, Istilah-istilah dalam ilmu Hadits dan lain-lain.

Cabang Ilmu Tauhid yang mempelajari kelakuan bathin (Hakikat/Adab) dari orang yang paling suci dari syirik (Rasulullah SAW) dinamakan Ilmu Tassawuf.

Istilah “Tassawuf” diambil dari Ijtihad ahli ilmu dari Ijma para Sahabat Nabi SAW dikarenakan kebanyakan yang bermula mendapat Ilmu-ilmu Khusus tentang kelakuan hati (hakikat) selain Ahli bait dikalangan Sahabat Nabi SAW adalah kebanyakan Kaum Suffah, maka diambilah kata-kata Kaum Sufi dari Kaum “Suffah” ini terhadap orang yang mengamalkan ilmu ini.

Sunnah-sunnah mengenai ilmu khas ini hanya disampaikan ketika berhadapan langsung sendiri-sendiri kehadapan Rasulullah SAW, dan lazimnya Rasulullah melarang mereka menyampaikan Sunnah-sunnah khusus itu kepada sahabat yang lainnya, karena dikhawatirkan mereka menjadi hanya berpangku tangan sahaja dikarenakan belum sampai aqal mereka untuk menerima ilmu ini.

Rasulullah bahkan pernah menyuruh MENGHAPUS kepada siapa yang menuliskan kata-kata beliau selain Al-Qur'aan, sebab dikhawatirkan yang membaca khabar salah menafsirkan dikarenakan banyak perkataan Beliau SAW yang merupakan tamsil-tamsil, dan hanya orang yang ahli ilmu yang memahaminya. Namun diperbolehkan menyampaikannya dengan syarat yang menyampaikan memahami hikmah dari perkataan Beliau SAW dan menyampaikannya setakat Aqal yang mendengarnya, apabila tidak memenuhi syarat ini, maka sama dengan mendustakan perkataan Rasulullah dan memilih tempatnya di neraka.

Abu Hurairah tertegah menyampaikan Sunnah-sunnah Khusus yang mengandung pesan-pesan tentang ilmu HAKIKAT ini, bahkan setengah dari Sunnah-sunnah yang beliau dapatkan langsung dari Rasulullah SAW diharamkan oleh Amirul Mukminin untuk disampaikan, jika disampaikan juga maka beliau dipenggal oleh Amirul mukminin.

Maka Ijtihad nama Ilmu ini Tassawuf, dan yang mengamalkannya disebut Sufi, seperti dalam furuq ilmu Feqah terdapat istilah-istilah baru seperti ilmu Nahwu dll, istilah Tassawuf diambil dengan IJTIHAD para Ulama warisatul Anbiya.

Adapun istilah TASSAWUF tidak ada dalam Al-Qur'an atau Hadits, sebab pada zaman Rasulullah tidak ada pemisahan antara ilmu khusus dan ilmu umum, akan tetapi setelah banyak kaum muslimin yang meninggalkan mengamalkan kesucian hati, dan lebih cenderung pada mengambil makna zahir ayat, bermegahan dengan ayat-ayat serta serampangan menyampaikan ayat-ayat dengan ketiada fahaman terhadap hakikat hikmah yang terkandung pada ayat-ayat itu (tidak menembusi kerongkongan) dan iman mereka tanggal dari hati mereka ibarat panah yang terlepas dari busurnya, maka diIjtihadkanlah ilmu Tassawuf yang khusus membahas kelakuan hati (Hakikat) ini untuk menjadi Furuq Ilmu Tauhid yang sama pentingnya dengan Ilmu Fiqih untuk dipelajari, namun mempelajarinya tidak seperti mempelajari ilmu Fiqih, terdapat adab-adab yang mengikat sebagaimana adab para Sahabat berguru pada Seikh mereka, yakni Rasulullah SAW.

Setelah yang terakhir disebutkan tadi maka lengkaplah sudah dalil bagi ilmu yang mempelajari ‘itikad, kelakuan zahir dan kelakuan bathin Rasulullah SAW yang dituliskan dalam kitab-kitab mereka untuk dipelajari oleh Muslim pada zaman sekarang ini.

Adapun mengenai adab-adab mempelajarinya insya Allah bersambung esok atau lusa.

Wassalaam.

No comments:

Search Engine

Google
BM4